visiter

Minggu, 30 Oktober 2016

Resensi novel sang pemimpi

Sang Pemimpi

Judul : Sang Pemimpi
Pengarang : Andrea Hirata
Penerbit         : PT Bentang Pustaka
Tahun terbit         : 2006
Tempat terbit : Yogyakarta
Halaman : 292 Halaman
Editor         : Imam Risdiyanto
ISBN : 979-3062-92-4

Novel ini membuat pembaca kembali bangkit semangat meraih mimpi. Buku ini dikarang oleh Andrea Hirata yang lahir di Belitong. Novel pertamanya adalah Laskar Pelangi.
Novel ini menceritakan tiga orang pemimpi yang setelah tamat SMP melanjutkan ke SMA Bukan Main. Disinilah perjuangan dan mimpi ketiga pemberani ini dimulai. Ikal, salah satu dari anggota laskar pelangi, Arai saudara sepupu ikal yang sudah yatim piatu sejak SD dan tinggal dirumah Ikal, sudah dianggap sebagai anak sendiri oleh ayah dan ibu Ikal dan Jimbron, anak angkat seorang pendeta yang diangkat karena yatim piatu sejak kecil. Namun pendeta yang sangat baik dan tidak memaksakan keyakinan kepada Jimbron, ia malah mengantarkan jimbron menjadi muslim yang taat.
Arai dan Ikal begitu pintar disekolahnya, sedangkan Jimbron sang penggemar kuda ini biasa-biasa saja. Malah menduduki peringkat 78 dari 160 siswa. Sedangkan Arai dan Ikal selalu berada diurutan terdepan. Mimpi mereka sangat tinggi, karena bagi Arai, orang susah seperti mereka tidak akan berguna tanpa mimpi-mimpi. Arai dan ikal mempunyai mimpi yang tinggi yaitu mereka ingin melanjutkan study ke Sarbonne, Perancis. Mereka terpukau dengan cerita pak Belia, guru seninya yang selalu menyebut-nyebut keindahan kota itu. Kerja keras menjadi kuli  mulai pukul 2 sampai pukul 7 pagi dan dilanjutkan dengan menuntut ilmu di SMA bukan main. Itulah perjuangan ketiga sang pemimpi itu. Ketiganya mati-matian menabung untuk mewujudkan cita-citanya. Meskipun kalau dipikir dengan logika, tabungan mereka tidak akan cukup untuk mencapai kesana. Tapi jiwa optimisme Arai tak terpatahkan serta kerja kerasnya yang dilakukan dengan sepenuh hati.
Setelah selesai SMA, Arai dan Ikal merantau ke Jawa. Sedangkan Jimbron lebih memilih untuk menjadi pekerja ternak kuda di Belitong. Jimbron menghadiahkan kedua celengan kudanya yang berisi tabungannya selama ini, kepada Ikal dan Arai. Dia yakin bahwa Arai dan Ikal akan sampai ke Perancis, maka jiwa Jimbron akan selalu bersama mereka. Berbulan-bulan Arai dan Ikal luntang-lantung di Bogor mencari pekerjaan untuk bertahan hidup. Akhirnya setelah banyak pekerjaan yang tidak menerimanya, Ikal diterima menjadi tukang sortir ( tukang pos ) dan Arai memutuskan untuk merantau ke Kalimantan. Tahun berikutnya, Ikal berhasil kuliah di fakultas ekonomi UI, dan setelah lulus ia mengikuti seleksi beasiswa S2 ke Eropa dan beribu-ribu pesaing lainnya berhasil ia singkirkan, dan akhirnya sampai pada tahap seleksi 15 besar.
Saat wawancara tiba, tidak disangka, profesor penguji begitu terpukau dengan proposal riset yang diajukan oleh Ikal. Meskipun hanya berlatar belakang sarjana ekonomi yang masih bekerja sebagai tukang sortir, proposalnya begitu hebat. Akhirnya setelah wawancara selesai, siapa yang sangka Ikal pun mengikuti dan berhasil masuk 15 besar dalam memperebutkan beasiswa S2 ke Eropa. Bertahun-tahun tanpa kabar, akhirnya mereka berdua dipertemukan kembali dalam suatu forum yang begitu hebat. Begitulah Arai, selalu penuh dengan kejutan. Semua ini sudah direncanakannya bertahun-tahun. Ternyata Arai kuliah di Universitas Mulawarman dan mengambil jurusan Biologi. Tak kalah dengan Ikal, proposal risetnya juga begitu hebat, dan membuat sang penguji terkejut karena menghasilkan teori baru.
Sambil menunggu surat keputusan beasiswa itu, mereka pulang ke kampungnya di Belitong. Dan setelah berbulan-bulan menunggu, akhirnya surat hasil keputusan beasiswa itu pun tiba, mereka berdebar-debar membuka isi surat tersebut. Tetapi Arai juga merasa sedih karena dia sangat merindukan orang tuanya. Ia sangat ingin membuka surat itu bersama kedua orang tuanya. Kegelisahan dimulai, akhirnya surat itu menyatakan bahwa Arai dan Ikal berhasil lulus mendapatkan apa yang dicita-citakan yaitu beasiswa ke Eropa tepatnya dikota impian mereka, Sarbonne. Ternyata inilah jawaban dari mimpi-mimpi mereka selama ini. Kedua sang pemimpi ini di terima di universitas yang sama. Tapi ini bukan akhir dari segala mimpi-mimpi mereka. Disinilah perjuangan dari mimpi-mimpi mereka itu dimulai.
Kelebihan yang didapatkan dari novel ini mulai dari segi bahasa hingga mengajak pembaca masuk dalam cerita. Penulis juga menjelaskan latar secara detail. Namun erdapat kata yang sulit dijabarkan sehingga pembaca sedikit kebingungan dalam memahami.
Buku Sang Pemimpi ini merupakan karya sastra yang di tulis oleh Andrea Hirata. Buku ini juga membuat pembaca bangkit dari mimpi- mimpinya. Novel ini juga menceritakan pengorbanan ayahnya demi anaknya. Jadi, buku ini cocok untuk remaja yang membutuhkan motivasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Ads (Documentation Required)

Author Info (Documentation Required)